Jumat, 25 Mei 2012

Agama Dan Kesehatan Mental


BAB I
PENDAHULUAN

            Pada zaman dahulu ketika teknologi belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas, setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau sepiritual dan alam gaib, setiap penyakit dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau mahluk halus, oleh karena itu orang-orang banyak yang pergi berobat ke dukun atau orang pintar yang bisa langsung berkomunikasi dengan mahluk halus itu sendiri ketimbang harus berobat ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu pengobatan.
           Pergeseran zaman dan kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri lagi, saat ini penyakit sudah dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya perlu pengobatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dai jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu trsebut dan tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit.
           Penyakit tersebut yang dinamakan dengan penyakit hati atau prnyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu trebut. Pada makalah ini saya akan menyampaikan tentang beberapa pengertian tentang Agama dan Kesehatan Mental.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kesehatan Mental

Istilah dari kesehatan mental diambil dari konsep mental Hygiene, kata mental berasal dari bahasa yunani yang artinya kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata Pshye yang berasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa, dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa mental Hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental, baik berupa Neurosis maupun Psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
            Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (penyebab terjadinya stres) orang yag memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan ligkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap Stressor berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.

          B. Ciri-ciri Kesehatan Mental

          Ciri-ciri kesehatan mental dikelempokkan kedalam enam kategori, yaitu :
1.      Memiliki sikap batin (Attidude) yag posotif terhadap dirinya sendiri.
2.      Aktualisasi diri
3.      Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis.
4.      Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri).
5.      Memiliki persepsi yang obyektif  terhadap realitas yang ada.
6.      Mampu melaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).

Pada abad ke-17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia.
Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotok) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik).
Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental mulai berkembang tentang kesehatan mental masi bersifat sekuler, pusat perhatia dan kajian dari kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berioritasi pada konsep sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini jauh berbeda dengan konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang serta disini, agama dapat memberi dampak yang cukup  berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan.
Orang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Solusi terbaik dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan seseorang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, masyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai mahluk Zoon Politicon.

C. Gangguan mental

Gangguan mental dapat dikatakan sebagai prilaku abnormal atau prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, prilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa ganguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam berprilaku ini sesuai dengan Al-Qur’an (QS. Al0Baqaroh 2 : 10).
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Artinya : Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebaban mereka berdusta.
Yakni keyakinan mereka terhadap kebenaran Nabu Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu menimbul kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang islam.

Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
1.         salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2.         Ketidak bahagiaan secara obyektif.
3.         Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan.
4.         Sebagian penderita gangguan mental menerima oengibatan psikiatris dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.

Seseorang yang gagal dalam neradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas dasar pengertian ini tentunya tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain mengetahui potensi individunya juga harus melihat konteks sosialnya.

D. Agama dan Kesehatan Mental

Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yag disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungam masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani (conscience of man).
Fitra manusia sebagai mahluk Allah SWT ialah  manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti ada dalam (QS Ar Ruun 30:30)
Artinya : Maka hadapkan lah wajahmu dengan lurus keagama Allah; (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut itu. Tidak ada perubahan pada fitra Allah. (itukah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [1168],
[1168] Fitra Allah : maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan allah mempunyai aluri beragama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

E. Agama sebagai Terapi Kesehatan Mental

agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya yang menbahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl 16:97)
Artinya : 97. Barang siapa yang mengerjakan amal saleh,baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839] ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disrtai iman, (QS Ar Ra’ad 13:28)
Artinya : 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.



BAB III
PENUTUP

kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental, baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yag sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Agama tampaknya tidak dapat dipsahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kebribadian maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai ciptaan Allah SWT ialah manusia tidak beragam tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya pengaruh lingkungan.
Hubungan antara keiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar