BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman dahulu ketika teknologi belum dikenal oleh masyarakat
umum secara luas, setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali
dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau sepiritual dan alam gaib, setiap
penyakit dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau mahluk halus, oleh karena
itu orang-orang banyak yang pergi berobat ke dukun atau orang pintar yang bisa
langsung berkomunikasi dengan mahluk halus itu sendiri ketimbang harus berobat
ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu pengobatan.
Pergeseran zaman dan
kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri lagi, saat ini penyakit sudah dilihat
dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan
canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan
penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri
atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya perlu pengobatan medis, tetapi
ada juga penyakit yang bersumber dai jiwa atau hati suatu individu, jadi secara
fisik individu trsebut dan tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil,
namun pada kenyataannya individu tersebut sakit.
Penyakit tersebut yang
dinamakan dengan penyakit hati atau prnyakit mental, untuk mengatasi penyakit
tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik sehingga dapat
membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu
trebut. Pada makalah ini saya akan menyampaikan tentang beberapa pengertian
tentang Agama dan Kesehatan Mental.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah dari kesehatan mental diambil dari
konsep mental Hygiene, kata mental berasal dari bahasa yunani yang artinya
kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata Pshye yang berasal
dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa, dapat diambil kesimpulan bahwa
bahwa mental Hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental, baik berupa Neurosis maupun
Psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yang sehat
tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (penyebab terjadinya stres) orang yag
memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang
datang dari dirinya sendiri dan ligkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan
bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan
diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya.
Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang
terhadap Stressor berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar dan budaya
yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang
dengan orang lain juga berbeda.
B. Ciri-ciri Kesehatan Mental
Ciri-ciri kesehatan mental dikelempokkan
kedalam enam kategori, yaitu :
1. Memiliki sikap batin (Attidude) yag
posotif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi diri
3. Mampu mengadakan integrasi dengan
fungsi-fungsi yang psikis.
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri
(Mandiri).
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6. Mampu melaraskan kondisi lingkungan dengan
diri sendiri. (Jahoda, 1980).
Pada abad ke-17 kondisi suatu pasien yang
sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada perkembangannya pada abad
19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan
kondisi dan psikis manusia.
Hubungan timbal balik ini menyebabkan
manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental
(Somapsikotok) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik
(Psikomatik).
Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental
mulai berkembang tentang kesehatan mental masi bersifat sekuler, pusat perhatia
dan kajian dari kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi
yang sehat dalam menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berioritasi
pada konsep sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini jauh berbeda dengan
konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep jangka panjang dan
tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang serta disini, agama dapat
memberi dampak yang cukup berarti dalam
kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan.
Orang sehat mental akan senantiasa merasa
aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas
segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri. Solusi terbaik dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan
seseorang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin
untuk menggapai ridho Allah SWT, serta mengembangkan seluruh aspek kecerdasan,
baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena
pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek
kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal
dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama,
masyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini
dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai mahluk Zoon Politicon.
C.
Gangguan mental
Gangguan mental dapat dikatakan sebagai
prilaku abnormal atau prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat, prilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun
tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong gangguan mental karena adanya
penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa ganguan mental memiliki titik
kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam
berprilaku ini sesuai dengan Al-Qur’an (QS. Al0Baqaroh 2 : 10).
فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا
كَانُوا يَكْذِبُونَ
Artinya : Dalam hati mereka ada penyakit
lalu ditambah allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebaban
mereka berdusta.
Yakni keyakinan mereka terhadap kebenaran
Nabu Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu menimbul kedengkian,
iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang islam.
Adapun gangguan mental yang dijelaskan
oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
1.
salah
dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya
bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2.
Ketidak
bahagiaan secara obyektif.
3.
Kegagalan
beradaptasi dengan lingkungan.
4.
Sebagian
penderita gangguan mental menerima oengibatan psikiatris dirumah sakit, namun
ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.
Seseorang yang gagal dalam neradaptasi
secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses
adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan
didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas
dasar pengertian ini tentunya tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan
mental pada seseorang, karena selain mengetahui potensi individunya juga harus
melihat konteks sosialnya.
D.
Agama dan Kesehatan Mental
Agama tampaknya memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin
karena faktor-faktor tertentu baik yag disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungam masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali
dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini karena
manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk
kepada zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern
manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati
nurani (conscience of man).
Fitra manusia sebagai mahluk Allah SWT
ialah manusia diciptakan mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
maka tidak wajar mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh
lingkungan, seperti ada dalam (QS Ar Ruun 30:30)
Artinya : Maka hadapkan lah wajahmu dengan
lurus keagama Allah; (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut itu. Tidak ada perubahan pada fitra Allah. (itukah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [1168],
[1168] Fitra Allah : maksudnya ciptaan
Allah. Manusia diciptakan allah mempunyai aluri beragama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
E.
Agama sebagai Terapi Kesehatan Mental
agama sebagai terapi kesehatan mental
dalam islam sudah ditunjukan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di
antaranya yang menbahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl
16:97)
Artinya : 97. Barang siapa yang
mengerjakan amal saleh,baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839] ditekankan dalam ayat ini bahwa
laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal
saleh harus disrtai iman, (QS Ar Ra’ad 13:28)
Artinya : 28. (yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.
BAB III
PENUTUP
kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental, baik berupa neurosis maupun
psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yag sehat mental
akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan
melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu
mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Agama tampaknya tidak dapat dipsahkan dari
kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena
faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kebribadian maupun lingkungan
masing-masing. Fitrah manusia sebagai ciptaan Allah SWT ialah manusia tidak
beragam tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar,
mereka tidak beragama tauhid itu hanya pengaruh lingkungan.
Hubungan antara keiwaan dan agama dalam
kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada
sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi
sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental
seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar